Laman

Jumat, 11 November 2011

Pola Tingkah Laku Anak



Masa Perkembangan Anak

Masa perkembangan anak merupakan suatu hal yang khusus, sebagai masa bertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan fungsi yang ada dalam diri anak, termasuk perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang berlangsung secara serentak dan seimbang (multidimensional).

Perkembangan seorang anak mengikuti beberapa prinsip diantaranya:

1. Perkembangan merupakan rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur, berkesinambungan, dan tiap individu berbeda.

2. Perkembangan dimulai dari respon yang sifatnya umum menuju yang khusus. Misalnya seorang bayi yang tersenyum bila melihat setiap wajah, dengan bertambah umur dapat membedakan wajah tertentu.

3. Manusia merupakan kesatuan yang mempunyai kaitan antara hal perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual dan sosial yang mengikuti pola yang pasti.

4. Tahapan perkembangan berlangsung secara berantai yang sifatnya bersifat universal misalnya : anak mengoceh dulu sebelum bicara.

5. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor dalam (bawaan) dan faktor luar (lingkungan, pengalaman).

Pola tingkah laku seorang anak pada beberapa keadaan pada dasarnya dipengaruhi oleh sikap mental dan fisik yang dimiliki sejak lahir serta pengaruh keadaan di sekelilingnya pada masa pertumbuhan anak tersebut.

Pengaruh-pengaruh tersebut memiliki andil yang besar bagi berhasilnya suatu upaya perawatan pada anak-anak.

Seorang anak sangat dipengaruhi oleh keadaan di sekitarnya hal ini dapat kita pakai sebagai pedoman untuk pedoman untuk memberi pengarahan serta bimbingan pada anak agar terbiasa sehingga tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi perawatan giginya atau dengan kata lain dapat beradaptasi pada keadaan tersebut.

Beberapa faktor yang memengaruhi tingkah laku anak:

  • 1. Perkembangan psikologis
  • 2. Pengaruh orang tua
  • 3. Keadaan fisik anak
  • 4. Rasa takut

1. Perkembangan psikologis

Perkembangan psikologis anak merupakan suatu rentetan yang rumit dan sulit dipahami, walaupun manifestasinya terlihat dari luar berupa aksi, sikap dan kepribadian anak. Perkembangan psikologis erat juga kaitannya dengan usaha untuk memiliki pengetahuan, keahlian dan kebutuhan emosional. Suasana pematangan psikologis dan fisik disusun menurut suatu perencanaan dan urutan yang sesuai dengan bawaan dan tidak mudah dipengaruhi oleh ;pengaruh yang dapat mempercepat perkembangan itu. Seorang anak dapat dilatih untuk mempunyai tingkah laku tertentu, sebelum ia cukup matang atau sebelum ia sampai pada suatu taraf tertentu yang memungkinkan latihan itu cukup berhasil. Meski pun urutan dan kecepatan proses pematangan itu ditentukan oleh faktor-faktor keturunan, keadaan sekitarnya juga mempunyai peranan sebagai pendorong dan penyesuaian dari tahap-tahap perkembangan.

Tingkah laku normal pada berbagai tingkat umur :

a. Anak yang berusia 2 tahun

Belum dapat bergaul lama-lama dengan anak lain, lebih suka bermain sendiri, masih terlalu muda untuk diatur dengan kata-kata, sangat terikat dengan ibunya, tidak dapat dipaksa, tiap kegiatannya datang atas kemauannya sendiri, tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan langsung atau menuruti perintah yang langsung diberikan.

b. Anak yang berusia 3 tahun

Disebut juga fase bertanya atau fase keras kepala. Anak pada tingkat umur ini memperlihatkan keadaan semi independensi. Dapat diajak dalam suatu kegiatan, peka untuk pujian, mau kerja sama dan ikut melakukan sesuatu.

c. Anak berusia 4 tahun

Usia ini disebut juga usia mengapa dan bagaimana dan merupakan suatu masa bagi anak untuk menyatakan perasaan berdiri sendiri, perlawanan atau reaksi, banyak bicara dan menganggap dirinya serba bisa, dapat bergaul dengan teman sebaya, sudah dapat diberi petunjuk-petunjuk secara lisan dan suka berkerjasama.

d. Anak berusia 5 dan 6 tahun

Pada usia ini umumnya anak sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, suka dipuji dan percaya diri sendiri. Pada usia 6 tahun mulai mau bergaul dengan orang-orang di luar rumahnya terutama dengan anak-anak yang ditemui di sekolah atau tempar bermain, timbul perasaan sosial dengan beraneka ragam dan kelompok, selalu bertanya.

e. Anak usia pre-remaja

Pada usia antara 8 tahun dan belasan tahun kecenderungan ke arah penonjolan hak-hak istimewa seorang dewasa dan kesetiaan terhadap teman-teman sekolah/kelompok, persaingan dalam olahraga, perlu diberi disiplin dan tanggung jawab.

2. Pengaruh orang tua

Sikap orang tua terhadap perawatan gigi akan tercermin pada anak-anaknya dengan akibat akan berpengaruh terhadap kerjasama yang diharapkan. Sikap orangtua pada dasarnya mempunyai hubungan dengan falsafah yang dianut orang tua dalam mendidik anaknya.

3. Pengaruh keadaan fisik

Keadaan fisik anak dapat mempengaruhi tingkah lakunya pada waktu perawatan gigi. Beberapa keadaan fisik yang perlu diperhatikan dalam merawat gigi anak, yaitu:

a. Anak sakit

b. Keadaan gizi

c. Kelelahan fisik/mental

d. Anak cacat

e. Hypochondriasis

4. Rasa takut

Kekhawatiran atau ketakutan yang didapat pada orang dewasa pertama-tama dibentuk pada masa kanak-kanak. Rasa takut merupakan salah satu emosi primer dari bayi yang baru lahir, berupa reaksi yang mengejutkan dan merupakan salah satu dari kekuatan pokok yang terus mendorong dalam membentuk tingkah laku anak.

Klasifikasi tingkah laku anak pada perwatan gigi

Salah satu system klasifikasi tingkah laku anak dalam perawatan gigi diperkenalkan oleh Frankl yang dikenal sebagai skala yang disebut: “Frankl Behavioral Rating Scale” yang biasa dipergunakan sebagai evaluasi tingkah laku misalnya di klinik atau penelitian.

Frankl membagi derajat tingkah laku sebagai berikut:

1. Jelas negative (--)

Anak menolak perawatan, menangis keras, ketakutan menunjukkan sikap negative.

2. Negative (-)

Anak enggan menerima perawatan gigi, tidak kooperatif.

3. Positif (+)

Anak menerima perawatan gigi, tidak menolak petunjuk dokter gigi.

4. Jelas positif (++)

Anak dengan gembira menerima perawatan, tertarik dengan tindakan yang dilakukan dokter gigi, banyak bertanya.

Dalam menilai tingkah laku anak, Wright membagi beberapa kategori berdasarkan koperatif anak:

1. Koperatif, dapat diajak kerjasama.

2. Tidak koperatif

a. Anak tidak mampu menjadi koperatif

Pada anak tuna mental kemampuannya / keterampilan terbatas sehingga kemampuan untuk jadi koperatif terbatas.

b. Anak belum mampu menjadi koperatif / lacking cooperative ability

- Terlalu muda usia, belum dapat berkomunikasi, misalnya di bawah tiga tahun

- Keadaan ini untuk sementara, dengan bertambahnya usia diharapkan menjadi koperatif

c. Anak mempunyai potensi menjadi koperatif / potentially uncooperative behavior

Anak yang mula-mula tidak koperatif dengan pendekatan baik, tingkah lakunya dapat berubah dan dapat dirawat.

Usaha-usaha pengendalian anak

Beberapa cara pengendalian anak dapat dilihat secara psikologis, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa takut yang sudah ada sebelumnya.

Cara-cara tersebut antara lain:

1. Menunda perawatan

2. Memperkenalkan anak dengan lingkungan dokter gigi

3. Menirukan dengan anak-anak yang lain

4. Membujuk dengan kata-kata manis

Cara-cara untuk memperbaiki sikap anak

Seorang anak akan belajar untuk menerima dan mnyenangi perawatan gigi melalui petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh dokter giginya. Rasa takutnya akan hilang karena merasa tidak ada bahaya bagi dirinya.

Beberapa petunjuk yang dapat dipakai untuk memperbaiki sikap anak terhadap perawatan gigi antara lain:

1. Mencari penyebab rasa takut anak terhadap perawatan gigi dan mempelajari cara pendekatannya.

2. Memperkenalkan anak dengan ruang kerja dokter gigi beserta alat-alatnya.

3. Meningkatkan kepercayaan anak pada dokter gigi dengan cara memilih kata-kata yang baik, sederhana dan mudah dimengerti dalam percakapan dengan anak.

4. Membicarakan tentang perawatan gigi.

5. Ancaman dan tindakan fisik.

Adapun komunikasi yang bisa dilakukan oleh dokter gigi:

a. Mengikutsertakan si anak dalam pembicaraan

b. Menghindarkan penggunaan kata-kata yang menimbulkan rasa takut

c. Menghindarkan penggunaan kalimat yang berupa perintah tetapi berupa saran (anjuran)

d. Penguasaan diri

e. Kelemahlembutan

f. Pemberian hadiah dan pujian.


>> sumber :

Hendrastuti. 1986. Pedodontik. Lephas: Makassar.

Kent, G.G. Blinkhorn, A.S. 1993. Pengelolaan Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter Gigi. EGC: Jakarta.


>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar